Bagi yang suka membaca cerita percinta'an,, coba baca cerita karya aku ini di jamin bakalan seru dan mengharukan.. sekian dan selamat membaca :)
̈́ CINTA SUDAH TERLAMBAT ̈́
Karya: Tri Vanhothmen
Kiki menyandarkan kepalanya ke kusen jendela dengan pasrah, menatap
orang-orang di luar perpustakaan yang berlarian demi menghindari hujan
gerimis yang membasahi jalan di luar sana. Inilah yang selalu dilakukan
Kiki saat Mahasiswa Kedokteran tingkat akhir itu sedang jenuh dengan deadline tugas
akhirnya. Menatap suasana di luar perpustakaan dari lantai 2, mengamati
orang-orang yang berlalulalang di bawah sana. Kiki menatap ke ujung
jalan di bawah sana, dia melihat seorang gadis bertubuh mungil berambut
panjang kecoklatan sedang berlari menembus hujan gerimis sambil
melindungi kepalanya dengan tas selempang miliknya. Gadis itu berlari
menuju perpustakaan, mungkin untuk berteduh sebentar.
Kiki
memang tidak mengenal gadis itu sama sekali, tetapi tubuh mungilnya,
rambut coklatnya yang panjang terurai dan gerakannya yang lincah telah
mengingatkannya pada seseorang. Seseorang yang sudah sangat dia kenal
dan seseorang yang selalu ada dalam pikirannya sejak lama.
Margareth
Angelina namanya, atau kerap di sapa Angel. Mahasiswi jurusan Seni yang
sudah sangat di kenal Kiki sejak mereka masih SMA. Mereka berteman
sangat baik, selama mereka berteman Kiki selalu bisa menyembunyikan
perasaannya pada Angel dengan baik, bahwa dia secara diam-diam mencintai
gadis itu.Tapi dia tidak berani mengatakannya.Kenapa tidak berani? Dia
sendiri juga tidak tau mengapa.
“Dasar bodoh.Tidak
bisakah aku menganggap itu hanya sebagai obrolan biasa saja? Anggap itu
sebagai lelucon, katakan saja sambil berlalu kemudian tertawa
seolah-olah itu Cuma bercanda.yang penting aku sudah mengungkapkan isi
hatiku, apa itu terlalu sulit?” gerutu Kiki atas mentalnya yang tidak
mampu mendorongnya untuk mengungkapkan perasaannya.
Kiki
menghela nafas panjang, dia melihat pantulan wajahnya di kaca jendela
yang masih basah terkena hujan. Dia menoleh ke sekelilingnya yang
terlihat sudah sepi, hanya dirinya seorang diri yang masih tertinggal
disana.
“Margareth Angelina..” bisiknya, seolah-olah pantulan wajahnya itu adalah Angel. “Aku Mencintai…”
Tiba-tiba Ponsel miliknya bergetar. Kiki terlonjak dan buru-buru merogoh sakunya. Ternyata SMS dari Angel.
‘Aku tunggu di tempat biasa’ begitulah isi pesan singkat itu.
Kiki tersenyum, setengah bahagia tapi juga getir. Bahkan untuk latihan mengungkapkan isi hatinya pun dia tidak sanggup.
*****
Angel
melambaikan tangan dari tempat duduknya di Café itu, ketika melihat
Kiki masuk. Kiki tersenyum kearahnya dan bergegas menuju mejanya.
“Astaga, Kiki kamu lihat matamu itu. Kamu tidak tidur lagi?” ucapnya melotot tepat di depan wajah Kiki.
“Ya, tugasku begitu banyak yang perlu di koreksi lagi.Kamu sudah lama menungguku?”
“Tidak juga. Ki aku ingin menceritakan sesuatu padamu” jawab sekaligus tanyanya, yang membuat Kiki semakin penasaran.
Dapat
Kiki lihat wajah Angel yang berubah menjadi kemerahan, dia tersenyum
sambil menggigit bibir bawahnya. Kiki melihatnya dengan sangat cantik
dengan senyumnya itu, tapi Kiki juga masih penasaran, apa yang akan
diceritakannya?
“Melihat suasana hati Angel yang
nampaknya begitu gembira saat ini, mungkinkah ini saat yang tepat untuk
mengatakannya? Cuma perlu mengatakan 2 kata aja.Aku mencintaimu, pasti
itu tidaklah sulit” batin Kiki.
“Kiki, kamu tau? Aku sedang dekat dengan Morgan, Mahasiswa jurusan Kedokteran sama sepertimu”
Deg! Kiki terpaku mendengar kalimat itu, Kiki merasakan nyeri yang teramat di dadanya tiap kali jantung berdetak.
“Morgan.
Handi Morgan Winata kamu tau dia kan?” Tanya Kiki berusaha
menyadarkannya, Handi Morgan Winata ya Kiki sangat mengenalnya. Sebagai
sahabat Morgan, dia selalu menjadikan Kiki tameng untuk menghindar dari
kejaran gadis-gadis yang dia permainkan. Selama ini Kiki tidak terlalu
peduli siapa saja gadis yang masuk ke dalam perangkapnya, tapi kali ini
Kiki tidak terima kalau Angel direbut olehnya!
“Kiki, kamu kenapa? Apa ada masalah” Tanyanya yang heran melihat Kiki tiba-tiba terdiam.
“Dia itu Playboy, Angel”
“Aku tau itu, Tapi dia sudah berubah” jawabnya meyakinkan Kiki.
Kiki
bertambah kesal mendengar ucapannya yang berusaha untuk meyakinkan diri
nya. Kiki sudah banyak mendengar keluhan teman-teman lain tentang
gadis-gadis yang dengan bodohnya jatuh cinta dengan B*d guy seperti Morgan, dan tak akan Kiki biarkan gadis yang Kiki cintai mengalaminya.
“Morgan udah bener-bener berubah kok Ki, aku yakin itu”
“Oh
ya?” jawab Kiki dingin dan berusaha memalingkan wajahnya. “Kenapa aku
sama sekali tidak tau kalau dia sudah tobat? Padahal yang lebih dulu
mengenalnya kan aku?”
“Mungkin kamu terlalu sibuk belakangan ini, jadi kamu tak pernah tau perubahan darinya”
“Oh,
apa aku salah kalau aku terlalu sibuk sehingga Morgan tersayang jadi
kesepian dan akhirnya dia mendekatimu. Mencari simpati dengan mengatakan
kalau dia akan mencoba untuk setia dengan satu gadis aja? Berhentilah
mencoba untuk membelanya”
“Kiki, kamu ini kenapa”
“Ga kenapa-kenapa” jawab Kiki ketus.
“Tugas akhirku yang ruwet sepertinya memberikan dampak buruk secara emosional padaku”
“Jangan jadikan tugas akhir sebagai kambing hitam. Apa kalian berdua lagi ada masalah?” sergahnya.
“Kalau
memang kami berdua sedang ada masalah, memangnya kamu mau berlagak jadi
pahlawan yang berusaha mendamaikan kami?” jawab Kiki marah.
Angel
tampak sangat terkejut dengan sikap Kiki. Tapi Kiki sudah terlanjur
kecewa dengan apa yang telah di ucapkan Angel. Kiki berdiri dengan
terburu-buru sampai kursi Café yang Kiki duduki terdorong kebelakang
lalu pergi meninggalkan Angel disana. Saat beranjak pergi dari Café Kiki
masih mendengar Angel memanggilnya , tapi Kiki sudah tidak peduli.
____
Kiki
merasa ini pertama kalinya dia melihat kebodohan dalam diri seorang
gadis, dan itu dia lihat sendiri dalam diri seorang gadis yang dia
cintai. Sebab itu dia menjadi sangat marah.
“Nice guy seringkali berdoa agar semua B*d guy di dunia ini di hilangkan. Karena wanita lebih suka pada B*d guy, sekalipun mereka akan membuatnya terluka dan menangis” Lirih Kiki merebahkan tubuhnya di ranjang.
SKIP
Sudah
hampir dua bulan Kiki tidak pernah lagi bertemu dengan Angel, semenjak
mereka bertengkar dan meninggalkannya di Café. Kiki merasa sedikit
menyesal sudah memarahinya saat itu, tapi itu semua Kiki lakukan
untuknya, untuk kebaikannya. Angel adalah sahabat yang paling dekat
dengannya dan Kiki sangat menyayanginya. Mana mungkin Kiki bisa
membiarkan orang yang di sayangi dekat dengan orang seperti Morgan?
Meskipun saat ini Kiki merasakan sakit yang lain, patah hati.
“Kalau
saja aku mengatakannya lebih awal. Mungkinkah sebenarnya Angel juga
menyukaiku, hanya saja karena aku tidak pernah mengatakannya akhirnya
dia dekat dengan orang lain. Dengan Morgan?” runtuk Kiki menyesali semua
yang terjadi.
Ini adalah pertama kalinya
Kiki kembali memikirkan Angel, setelah dua bulan lamanya kiki berkutat
menyelesaikan tugas akhir. Tujuan Kiki menyelesaikan tugas itu bukan
karena semata-mata ingin cepat-cepat lulus, tapi juga karena sebagai
pelarian dari masalah Kiki dengan Angel. Bukan hal yang mudah bagi Kiki
untuk menyelesaikan tugas saat menahan emosi seperti itu. Dada Kiki
terasa sangat sesak, bahkan teramat sesak ketika membayangkan Angel yang
Cuma akan menjadi korban permainan Morgan. Angel menangis sedangkan
Morgan pergi meninggalkannya dengan bebas mencari gadis lain.
Setelah
keluar dari kampus, Kiki berjalan ke Café tempat biasa mereka bertemu
dan mengobrol, tempat ini juga sudah dua bulan lamanya Kiki lupakan.
Kiki sendiri tidak tau kenapa tiba-tiba berjalan kesini. Setengah hati
Kiki berharap bisa bertemu dengannya disini, meskipun kalau nanti
bertemu Kiki tidak tau apa yang akan Kiki katakan pada Angel. Bisa saja
Angel tidak sendirian disini, bisa saja dia ditemani Morgan orang yang
sangat tidak ingin Kiki temui.
Kiki memasuki Café dan
pandangannya langsung tertuju ke meja kecil di pojok, di meja yang
biasanya Kiki tempati dengan Angel. Kiki berjalan mendekat. Angel,
mungkinkah itu dia? Angel tidak seperti itu kalaupun Angel duduk atau
berdiri memunggungi Kiki, Kiki pasti akan langsung tau. Angel tak pernah
duduk lesu seperti itu, dia tak pernah membungkukkan tubuhnya.
“Angel?” sapa Kiki memberanikan diri.
Wanita
itu menoleh, dan dia memang Angel. Tapi yang membuat Kiki terkejut
adalah diri Angel sekarang ini, wajahnya kuyu, kusam dan senyumnya
seperti dipaksakan. Selama beberapa saat Kiki terdiam, satu sisi dalam
diri Kiki ingin sekali mengejek Angel.
‘Nah, benarkan apa kataku.
Wajahmu semurung itu apalagi kalau bukan karena ulah Morgan? kamu
termakan bujuk rayunya yang meyakinimu kalau dia akan setia padamu, tapi
dia tak pernah begitu. Lalu untuk apa kamu kemari, mencariku?
Menjadikanku sebagai pelarian? Atau minta tolong agar aku bicara dengan
Morgan agar dia mau kembali padamu?’ batin Kiki menatap dirinya yang
tampak menyedihkan sekali.
Tapi Kiki sendiri tak tega
melihat Angel seperti ini. Belum tentu kesedihannya karena ulah cowok
berengsek itu, Morgan. Mungkin aja dia Cuma tak mau bermusuhan dengan
Kiki lebih lama lagi.
“Aku ingin bertemu denganmu” sapa
Angel sebelum Kiki menanyakan. “Tapi aku terlalu malu untuk menelponmu.
Aku takut kalau kamu tidak mau mengangkat telponku, jadi aku datang ke
sini setiap hari untuk menunggumu” lanjut Angel. Suaranya terdengar
sangat putus asa dengan mata yang mulai berkaca-kaca.
“Ada
apa?” ucap Kiki khawatir. Angel tak langsung menjawab, dia menggigit
bibirnya keras. Sepertinya apa yang ingin Angel katakan hari ini begitu
sulit untuk di ucapkan.
“Ada apa?” ucap Kiki mengulang pertanyaan yang sama.
“Udah
sebulan ini aku tidak bisa menghubungi Morgan” kata Angel, sepertinya
sangat berat baginya untuk mengucapkan kalimat singkat itu.
“Aku
tidak bisa menghubunginya, aku tidak pernah lagi melihatnya di kampus”
ujar Angel lagi, suaranya semakin lama semakin pelan.
“Ya udah,
anggap aja kamu putus dengannya” potong Kiki cepat. Tapi Angel
menggeleng dengan cepat, air matanya mulai mengalir deras Angel terlihat
begitu terpuruk.
“Lalu?” Tanya Kiki mulai mendesak.
“Aku..” suaranya seperti tersedak, tersangkut di tenggorokan. “Aku hamil…” lanjutnya pelan.
Telinga
Kiki terasa berdenging saat mendengar kata-kata itu. “Ya tuhan, kenapa
aku selalu mendengar kenyataan yang menyakitkan dari sekian banyak
wanita yang telah di permainkan oleh Morgan?” lirih Kiki sedih.
“Apakah Morgan yang melakukannya?”
Angel tidak mengangguk ataupun menggeleng, dia hanya menunduk, menangis dan meratapi dirinya sendiri.
“Beginikah
yang selalu wanita lakukan saat harga dirinya sudah hilang? Menangis?
Ya, menangis tidak akan mengembalikan apa-apa! Morgan berengsek itu
tidak akan kembali untukmu, walaupun kamu menangis darah sekalipun!”
ingin sekali Kiki meneriakkan kata-kata itu pada Angel. Tapi mana
mungkin Kiki melakukannya di tempat ini dan semakin melukai perasaannya.
Kiki berdiri dari kursi dan bergegas keluar pergi, namun tangan lembut Angel berhasil menarik Kiki untuk tidak pergi.
“Kamu mau kemana?” tanya Angel dengan terisak. Kiki menepis tangannya dengan kasar dan pergi.
“Kiki,
jangan pergi! Aku mohon jangan pergi” teriaknya frustasi, dia menangis
histeris tak perduli dengan banyaknya orang yang berada di Café itu.
“Lihat
apa yang udah dia perbuat padamu! kalau dia memang mencitaimu, dia
tidak akan melakukan ini padamu. Dia akan melindungimu, menjagamu dan
kalau dia memang mau, dia akan segera melamarmu. kalian harusnya sudah
jadi suami-istri sekarang! bukan seperti ini, coba kamu lihat apa
sekarang dia ada disisimu? apa dia..” jawab Kiki murka. Kiki sudah tak
sanggup melanjutkan kata-kata.
Angel jatuh berlutut dan
menangis histeris. Orang-orang yang berjalan di sekeliling mereka
menatap mereka aneh, mungkin orang-orang itu mengira kalau Kiki dan
Angel adalah sepasang kekasih yang sedang bertengkar hebat. Tapi Kiki
tidak memperdulikan hal itu.
“Karena itulah aku sangat membenci Morgan! Aku menyesal menjadi sahabatnya dan aku menyesal kenapa aku selalu menolongnya!”
“Tuhan
sudah menghukumku, Angel… Tuhan menghukumku dengan membiarkan Morgan
menodai wanita yang sangat kucintai!” ucap Kiki memelankan suara dengan
berlinang airmata.
Angel yang saat itu terduduk tak berdaya dilantai mendongak menatap Kiki, matanya yang merah terbelalak.
“Aku
mencintaimu” akhirnya kata-kata yang selama ini Kiki pendam dapat di
sampaikan pada Angel. “Dan itulah yang membuatku semakin membenci
Morgan. Selamanya aku akan menganggap dia sebagai cowok berengsek yang
telah menghancurkan hidupku dan hidupmu. aku tidak akan pernah
memaafkannya!” lanjut Kiki lirih.
Kiki berbalik pergi meninggalkan Angel yang masih berlutut menangis. Hanya satu tujuan Kiki sekarang, Handi Morgan Winata.
SKIP
Kedua
orang tua Morgan yang memang sudah lama mengenal Kiki sebagai sahabat
dekat putra mereka, menyambut Kiki yang berdiri di depan pintu dengan
ramah. Tapi senyum mereka seketika memudar ketika melihat wajah dan mata
Kiki yang memerah dan dia tidak tersenyum sama sekali.
“Nak Kiki, apa yang terjadi denganmu? Apa kamu sakit?” Tanya ibu Morgan.
“Apakah Morgan ada dirumah?” Tanya Kiki datar tanpa menjawab pertanyaan ibu Morgan.
“Ada masalah apa antara kalian berdua” Tanya ayah Morgan.
“Masalah pribadi. Apakah dia ada di rumah?”
“Morgan.. Dia tidak ada di rumah, dia pergi dengan tunangannya untuk memesan gaun pengantin” jawab ayahnya.
Kiki
terdiam. Seketika tubuh Kiki terasa lemas tak berdaya, seperti tak ada
tulang didalamnya untuk menopang tubuh Kiki untuk berdiri.
“Apa
Morgan tidak menceritakannya padamu? Dua minggu lagi dia dan
tunangannya akan melangsungkan pernikahan” Tanya ibu Morgan. Kiki
terhuyung kebelakang mendengar itu.
“Nak Kiki …” ibu Morgan terlihat khawatir melihat sikap Kiki, mungkin Ia mengira Kiki sakit.
“Apa kalian.. Tidak tau masalah yang sedang terjadi dengan Morgan?”
“Kabar tentang Morgan menghamili seorang gadis?” jawab ayah Morgan. Kiki terbelalak, ternyata ayah Morgan telah mengetahuinya.
“Kami
berdua sudah tau, tapi perjodohan Morgan telah lama di tentukan sebelum
kabar itu keluar. Pernikahan mereka harus tetap dilaksanakan… ”
Belum
selesai ayah Kiki bicara, Kiki sudah pergi keluar rumah dengan emosi
yang sudah tidak bisa di kendalikan lagi. “Bisa-bisanya ayah Morgan
bicara seperti itu, apa dia tak memiliki perasaan?”
Kiki masih
bisa mendengar ibu Morgan memanggil-manggil nama Kiki, tapi Kiki tak
peduli. Dapat Kiki lihat mobil Morgan terparkir di luar garasi, entah
apakah ayah Morgan berbohong dengan maksud menyembunyikan Morgan, tapi
Kiki sudah habis kesabaran. Kiki masuk ke dalam garasi dan mengambil
tongkat besi, lalu memukulkannya pada kedua spion mobil Morgan hingga
lepas dan hancur dan memecahkan semua kaca mobilnya.
“Kiki hentikan! Atau ku laporkan kamu ke polisi!” teriak ayah Morgan.
“Baik! Dan akan kulaporkan putramu karena telah menghamili sahabatku!” tariak Kiki tak mau kalah.
Kiki
menodongkan tongkat besi ditangannya ke arah ayah Morgan, kemudian
membanting tongkat besi itu tepat di atas kap mobil Morgan sampai kap
mobil itu penyok.
“Katakan pada Morgan, kalau dia tidak
terima mobilnya hancur, cari aku!” teriak Kiki lalu pergi keluar dari
halaman rumah Morgan yang cukup luas itu. Kiki menatap ke jendela kamar
yang terletak di lantai dua, jendela kamar Morgan. Menatap dengan penuh
kebencian.
“Harusnya aku juga melempari kaca jendelanya sampai hancur!”
*****
Wanita
itu menunggu Kiki di taman hingga malam, sudah berkali-kali dia
berusaha untuk menghubungi dan mengirimi pesan pada Kiki. Tapi Kiki sama
sekali tidak membalasnya.
“Angel…”
Wanita itu
berbalik, ditemuinya laki-laki yang ditunggunya sejak lama telah berada
tepat di belakangnya, Morgan. Wajah Angel yang terlihat pucat seketika
berbinar, dan dia segera menghampiri Morgan.
“Kemana aja kamu? Aku tidak bisa menghubungimu selama sebulan ini, aku ingin mengatakan sesuatu padamu…”
“Kita putus aja” potong Morgan datar. Angel terperanjat kaget, hatinya hancur berkeping-keping.
“Apa!”
“Maaf, tapi kupikir hubungan kita tidak akan berhasil…”
Plaak!
Angel menampar Morgan dengan keras. Airmatanya menggenang, tapi Morgan
hanya diam tak membalas ataupun sekedar mengucapkan sepatah kata.
“Aku Hamil!” teriak Angel, teriakannya menggema di taman yang sepi malam itu.
“Begitukah? Apa kamu sudah memastikan kalau itu adalah anakku?” kata Morgan dingin tanpa kesan terkejut sama sekali.
“Apa maksudmu?” Tanya Angel terhuyung, dia sama sekali tak menyangka jika Morgan akan bicara seperti itu.
Morgan
tak memperdulikan Angel dan dengan dinginnya dia langsung pergi
meninggalkan gadis itu. Tapi belum sempat dia pergi jauh, tiba-tiba Kiki
datang dari arah berlawanan dan langsung memukul wajahnya.
Morgan
jatuh tersungkur, sudut bibirnya berdarah. Tanpa ampun, Kiki menarik
kerah baju Morgan dan kembali memukuli wajahnya berulang kali.
“Apa
kau pikir Angel itu gadis murahan yang bisa kau bayar untuk kau tiduri,
ha!” tariak Kiki tepat di wajah Morgan. Morgan menatap Kiki dengan
matanya yang lebam, tapi dia Cuma diam. Kiki kembali memukulinya
sedangkan Morgan tidak melawan Kiki sama sekali.
“Kiki hentikan!”
lerai Angel. Angel pun menarik Kiki menjauh dari Morgan. tapi Kiki
mendorong Angel menjauh dan menendang tubuh Morgan.
“Ayo lawan aku
pecundang, berdiri! Jadi ini yang kau banggakan playboy? Kau Cuma
berlagak jantan di hadapan para gadis, tapi tidak berani melawanku?”
ujar Kiki dan kembali menarik kerah baju Morgan dan memukul wajahnya.
Morgan jatuh tersungkur di hadapan Kiki.
“Jangan harap itu pukulan terakhirku!”
Kiki
menarik tangan Angel dan pergi menjauhi Morgan. Morgan hanya mampu
menatap kedua insan itu pergi menjauh, tersungkur sendirian ditanah
berpasir yang mengotori seluruh tubuhnya. Dia terbatuk-batuk dan
beberapa saat kemudian dia menangis.
“Semua salahku, apa yang harus kuperbuat untuk memperbaiki ini semua?” Bisiknya lirih.
Tak
ada kesempatan bagi Morgan untuk memperbaiki kesalahan besarnya dengan
menikahi Angel. Orang tuanya justru menentang niat Morgan, bahkan
menjodohkannya dengan putri kolega ayahnya, dia merasa dirinya terlalu
pengecut untuk sekedar menentang ayahnya. Dan dia hanya bisa menerima
semua pukulan Kiki. Dia merasa pantas untuk itu.
*****
Kiki
masih menggenggam lengan Angel dan mengantarkannya pulang tanpa sepatah
katapun. Hatinya sakit dan telah hancur melihat Angel menangis seperti
itu.
“Aku akan menikahimu” ucap Kiki pada Angel seraya
menariknya ketika mereka telah sampai di lobi apartemen Angel. Kiki
menatap mata Angel tajam agar Angel yakin bahwa Kiki tidak main-main
dengan perkataannya.
“Aku yang akan bertanggung jawab. Aku yang akan mengatakannya pada orang tuamu kalau bayi itu adalah anakku”
“Tidak, jangan lakukan itu… ”
Kiki
menarik Angel dan memeluknya lama, dia tak membalas pelukan Kiki dia
hanya menutup matanya berusaha membendung airmata. Dia ingin menolak
Kiki, karena dia tak mau membebani Kiki untuk kesalahan yang sama sekali
tak pernah Kiki perbuat. Tapi sepertinya Angel tidak bisa menolaknya.
“Aku
mencintaimu, bahkan sejak lama. Demi untuk bisa melindungimu, mengakui
hal itu bukan sesuatu yang sulit” yakin Kiki padanya.
Tak
ada jawaban apapun dari mulut Angel. Dia seperti tidak mau menolak
keinginan Kiki, tapi dia merasa tidak pantas untuk itu. Namun mungkin
itulah jalan terbaik untuk dia pilih.
SKIP
Setengah
jam kemudian Kiki telah sampai di apartemennya, saat hendak mengganti
baju. Ponsel Kiki bergetar tanda pesan yang masuk ke ponselnya, ternyata
itu pesan dari Angel.
‘Terimakasih untuk semuanya Ki.
Terimakasih kamu udah mau mencintaiku dengan tulus, maafkan aku yang
bodoh ini tak bisa membalas cintamu. Dan maafkan aku udah membuatmu jadi
repot, sekarang aku tidak akan mebuatmu seperti itu dan menggangumu
lagi’ pesan dari Angel.
“Apa maskudnya?” Tanya Kiki seorang diri. Tiba- tiba hati Kiki dijalari perasaan buruk, kenapa tiba-tiba Angel berkata begitu.
Tanpa
basa-basi Kiki bergegas keluar rumah dan mengendarai mobil menuju rumah
Angel. Sepanjang perjalanan Kiki berusaha untuk menghubungi Angel namun
sama sekali tidak di angkat.
_____
“Angel,
apa kamu di dalam?” panggil Kiki seraya mengetuk daun pintu
apartemennya, tapi sama sekali tidak ada jawaban. Kiki mengetuk kembali
bahkan menggedor pintunya. Jantung Kiki berdetak kencang dan takut akan
terjadi sesuatu dengan Angel, Kiki mundur beberapa langkah dan mendobrak
pintu itu dengan sekuat tenaga.
“Angel! Angel kamu dimana?” Kiki mencarinya diseluruh penjuru apartemen Angel, tapi tak ada siapa-siapa disana.
Kiki
kembali masuk kedalam mobil dan pergi mencarinya. Kiki tidak tau harus
kemana mencarinya, sudah berulang kali Kiki coba untuk menelpon tapi
tetap saja tak ada jawaban. Hingga nyaris tengah malam Kiki berkeliling
mencarinya, tapi sama sekali tidak menemukannya. Dengan kelelahan dan
putus asa Kiki mengendarai mobil melewati sebuah gedung yang terletak
dekat dengan taman kota. Ada yang aneh disana, Kiki melihat beberapa
orang berkerumun ada polisi dan ada Ambulance disana.
Entah
mengapa Kiki penasaran dan tertarik untuk melihat. Dada Kiki berdegup
kencang saat memaksakan diri menyeruak di antara kerumunan orang-orang
yang berwajah pucat dan membekap mulut mereka, seolah-olah takut dengan
apa yang baru saja mereka lihat.
“Tolong mundur semua!
Mundur!” perintah salah seorang polisi. Namun Kiki tak mengindahkan
perintahnya, Kiki semakin nekat menerobos barisan polisi yang berjaga
disana. Kiki melihat sesosok tubuh yang sebagian tubuhnya sudah tertutup
pelastik pembungkus jenazah.
“Hei! Apa yang kamu lakukan? Mundur!” perintah polisi itu lagi.
Kiki
masih terdiam tak berkutik, darah Kiki terasa seperti berhenti mengalir
dan kepala Kiki begitu berat saat melihat tubuh yang tergeletak itu.
“Angel… Kenapa…?” suara Kiki begitu lirih didengar.
“Sudah saya bilang mundur!”
“aku mengenalnya! Dia calon istriku!” teriak Kiki histeris.
Polisi
itu terbelalak mendengar kata-kata Kiki, Kiki berteriak putus asa dan
memberontak saat dua orang polisi mencoba menarik Kiki guna menjauhkan
Kiki dari jenazah Angel.
“Dia bukan Margareth Angelina!
Bukan Angel, dia tidak mati! Kumohon tolonglah dia…” lirih Kiki tidak
percaya Angel meninggal dengan cara yang tragis. Padahal baru beberapa
jam yang lalu Kiki menatap wajahnya.
Angel bunuh diri
dengan cara melompat dari atap gedung itu, sesaat setelah Kiki pulang
dari apartemen Angel. Apa yang sudah terjadi padanya telah membuat Kiki
hancur remuk-redam dalam lubuk hati yang palingdalam Kiki merasa sangat
menyesal.
*****
“Apakah
anda yang bernama Muhammad Rizky atau Kiki? Kami sudah mengotopsi
jenazah nona Margareth Angelina. Dan disaku celananya kami menemui
selembar surat, didalamnya tercantum nama anda dan satu orang lagi
bernama Handi Morgan Winata” ujar seorang polisi pada Kiki dengan
menyerahkan plastic berisi selembar surat yang di tulis Angel.
“Dear Muhammad Rizky,
Kamu
pernah mengatakan kalau Handi Morgan Winata adalah orang paling jahat,
paling pengecut dan paling berengsek yang pernah hidup didunia. Kamu
bahkan berharap orang seperti dia tak pantas hidup didunia ini,
seandainya membunuh bukanlah perbuatan yang berdosa, pasti kamu sudah
membunuhnya sekarang.
Tapi kenapa kamu tidak membenciku,
Kiki? Dibanding Morgan, akulah yang seharusnya kamu benci. Orang yang
sangat tidak pantas untuk kamu cintai. Kenapa kamu masih mencintaiku,
ketika aku pergi meninggalkanmu dan lebih memilih orang yang menurutmu
tidak pantas untukku? Kenapa kamu masih membelaku, di saat aku telah
merusak kepercayaanmu padaku dan tidak mau mendengarkan kata-katamu?
Kiki..
Aku minta maaf untuk semua rasa sakit hatimu karena perbuatanku. Aku
tau, kata-kata saja tak cukup untuk membayar ini semua. Aku bukanlah
gadis yang pantas untuk kamu cintai, aku terlalu hina untuk mendampingi
pria sebaik dirimu. Berikan cintamu pada gadis yang memang benar-benar
tulus mencintaimu, jangan sakiti hatimu dengan terus mempartahankan
cintamu pada gadis yang bodoh ini.
Terimakasih untuk semua cintamu, Ki. Sampai kapanpun aku tak akan melupakanmu” baca Kiki dengan perasaan tersayat.
Kiki
menutup wajahnya dan menangis. Andai Kiki tak pulang malam itu, mungkin
hati Angel tidak rapuh dan memilih untuk bunuh diri.
“Apakah anda mengenal seseorang yang bernama Morgan ini?” Tanya polisi itu hati-hati bertanya pada Kiki.
“Handi Morgan Winata. Dia yang bertanggung jawab atas kematian Margareth Angelina” jawab Kiki berusaha untuk tegar.
***
Kiki
berjalan menuju mobilnya dengan sedikit terhuyung, dia membanting botol
birnya yang sudah kosong ke tempat sampah. Matanya merah dan sembab
karena masih teringat Angel dan kematiannya yang tragis. Meskipun dalam
kondisi mabuk, Kiki tetap mengendarai mobilnya.
Dia sengaja
mengatakan pada polisi bahwa Morgan lah orang yang bertanggung jawab
atas kematian Angel. Dia ingin Morgan menderita, dia ingin Morgan
merasakan apa yang dirasakannya, kehilangan. Selamanya dia tidak akan
pernah memaafkan Morgan, karena kalau bukan karena Morgan, Angel pasti
masih hidup sampai sekarang dan bahagia.
“Aaargh! Angel…. Seharusnya kamu jadi milikku” gumam Kiki parau.
Kiki
memejamkan matanya karena tak tahan lagi dengan pusing yang amat
teramat di kepala nya. Seketika Kiki terkaget, gugup dan terlonjak dari
pejaman mata, karena ada seberkas cahaya yang begitu menyilaukan
menyorot. Tanpa sadar Kiki menekan gas terlalu dalam dan mobil Kiki
melaju kencang tanpa kendali. Dan saat Kiki tersadar, Kiki melihat
kedepan, dan…
Braaakk…!!!
The End.